SHARE

Istimewa (Net)

CARAPANDANG.COM, Oleh: Amir Fiqi, Wartawan dan Pemerhati Sosial

56 tahun lalu, tepatnya 30 September 1965 bangsa Indonesia terjadi peristiwa kelam. Dalam hitungan jam 6 jenderal dan 1 perwira tebunuh dalam pemberontakan yang dikenal dengan nama Gerakan 30 September/PKI atau G30S/PKI.

Sejarah berdarah tersebut bisa dikatakan hanya terjadi di Indonesia. Sebab dalam peperangan sebesar apapun, tidak pernah ada 6 jenderal terbunuh dalam satu waktu.

Pemberontakan G30S/PKI telah mengancam kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Gerakan tersebut tidak hanya ingin merebut kekuasaan dari pemerintah yang sah, tapi juga ingin mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain, Komunis.

Jika menarik ke belakang, pemberontakan PKI bukan kali pertama terjadi. Pada tahun 1948 pemberontakan terjadi  di Madiun yang berakhir dengan kegagalan. Tapi, upaya menanamkan ideologi komunis tetap hidup di Indonesia. 

Dua tahun berlalu, PKI  kembali muncul dan ikut terlibat dalam kehidupan politik di Indonesia. Di bawah kepemimpinan D.N Aidit, PKI menjadi partai yang diperhitungkan. Pada tahun 1955, PKI  masuk lima besar partai politik di Tanah Air.

PKI  bergerak lebih leluasa saat Presiden Soekarno mengeluarkan doktrin Nasakom yakni  Nasional, Agama dan Komunis.  Dan doktrin tersebut mengangkat kedudukan PKI dalam percaturan politik. Dan pengaruh PKI dalam waktu cepat menyebar luas di berbagai kalangan. Mulai dari guru, wartawan, seniman, dosen, mahasiswa, kaum cendekiawan, hingga kalangan militer seperti perwira TNI.

Halaman :
Tags
SHARE