SHARE

Panda Cafe terbakar

Hari ini hari yang cukup menyedihkan untuk komunitas Indonesia Philadelphia. Panda Cafe, sebuah restoran vegetarian pertama dan satu-satunya di kota Philadelphia bagian selatan terbakar.

Pemiliknya adalah kawan saya bernama Joko Tan, seorang pengusaha yang cukup andal Dia mempunyai beberapa usaha sebelum dan selama membuka restoran vegetarian ini.

Ketika dia baru datang di Philadelphia, Joko pernah bekerja di pabrik daging di mana lokasi pabriknya agak di luar kota. Banyak pekerja Indonesia di sana tapi banyak yang tidak kuat karena pekerjaannya berat dan pada suhu yang sangat dingin.

Bayangkan saja untuk bekerja di  pabrik daging sama saja bekerja di dalam kulkas. Semua proses dilakukan di ruangan yang sangat dingin. Sementara itu pada musim dingin pekerjaan harus berjalan terus. Banyak pekerja yang berlatar belakang dari daerah tropis termasuk Indonesia, Meksiko, dan negara lainnya tidak kuat dengan suhu dingin yang terus menerus.

Berangkat pagi, keluar rumah disapa oleh suhu dingin musim salju yang kadang sampai di bawah/minus nol derajat celcius. Sampai di tempat kerja disapa oleh tempat kerja yang dinginnya seperti kulkas. Banyak yang sakit, sampai badan bengkak-bengkak karena kedinginan. Tapi Joko Tan terus bekerja keras dan menunjukkan prestasi yang membanggakan, Sampai akhirnya dia dipromosi menjadi manajer di pabrik daging tersebut.

Pada saat menjadi manajer itu Joko Tan belajar tentang bagaimana culasnya perdagangan daging di Amerika. Pabrik daging di tempat Joko Tan bekerja adalah suplier/penyedia dari berbagai toko-toko besar terutama supermarket-supermarket terkenal. Sebagai manajer, Joko Tan mendapatkan tanggung jawab untuk mengelola pembelian dari supermarket-supermarket tersebut.

Dan yang membuat Joko Tan kaget serta merasa tersiksa adalah daging-daging yang sudah buruk kualitasnya dikembalikan oleh supermarket ke publik karena tidak laku terjual oleh pabrik, daging-daging tersebut dimasukkan kembali ke dalam kulkas dibekukan. Lalu label dagingnya sudah kedaluwarsa dicopot dan diganti dengan label yang baru Setelah itu daging tersebut dijual kembali ke supermarket-supermarket walaupun kualitasnya sudah sangat tidak memenuhi syarat.

Joko Tan tetap bekerja dengan giat demi menghidupi anak-istri, tapi setelah beberapa tahun, hati nuraninya merasa tersiksa. Dia sudah tidak kuat lagi untuk terus bekerja di tempat yang dia merasa sering harus berbohong demi keuntungan sang pemilik pabrik.

Akhirnya Joko Tan memutuskan untuk berhenti. Dan setelah itu dia membuka usaha sendiri. Mulai dari usaha koran sampai usaha agensi-agensi pekerjaan. Sekitar empat tahun lalu Joko Tan berhasil mengumpulkan uang yang cukup untuk mendirikan restoran dan beliau sangat ingin membuka restoran vegetarian.



Hal ini diilhami oleh pengalaman buruknya di pabrik daging. Semenjak berhenti bekerja di pabrik daging, Joko Tan berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan makan daging lagi. Dia  menjadi seorang vegetarian dan dengan membuka restoran dia bisa mengkampanyekan hidup sehat dengan makanan vegetarian yang lezat.

Saya ingat pada saat Joko Tan melakukan pembukaan restoran, keluarga kami dikirimi menu restoran, boneka Panda kecil - logo dari restorannya Panda Cafe. Selain itu kami juga dikirimkan makanan vegetarian berupa nasi kuning, tempe orek-orek, goreng tahu dan imitasi ayam yang terbuat dari kacang kedelai. Kemasannya cantik dan memikat. Kami sangat terkejut karena tidak menyangka, makanan vegetarian itu ternyata sangat lezat. Semenjak saat itulah kami gandrung dan menjadi langganan. Kesukaan kami di restoran Panda Cafe adalah nasi goreng, rasanya agak pedas jadi sesuai dengan lidah orang Indonesia.

Tidak terbatas menjadi kesukaan orang Indonesia, banyak pula orang Amerika yang sangat menyukai restoran ini. Terutama milenial, yang melirik menjadi pelanggan karena mengikuti gaya hidup vegan dan vegetarian. Milenial ingin hidup sehat dan meninggalkan pola makan daging, dan protein hewani, gaya hidup ini berguna untuk mencegah penyakit kronis.

Kafe vegetarian ini menjadi sangat terkenal dan digandrungi juga karena lokasinya yang cukup strategis. Berada di tepi jalan West Passyunk Ave, yang merupakan salah satu urat nadi jalan yang cukup besar di kota Philadelphia bagian Selatan. Restorannya pun bersih dan menarik,  ada tempat duduk untuk makan tapi juga ada sofa untuk bersantai-santai.

Banyak orang menyukai restoran ini juga karena mereka menyediakan bubble tea dan minuman-minuman populer yang lainnya. Juga ada delivery, jadi tidak hanya orang yang datang tapi juga orang yang bisa menelepon dan makanannya diantar. Selain itu jam tutupnya yang cukup lambat membuat orang-orang yang kelaparan di tengah malam masih bisa makan.



Istri Joko Tan, Susi adalah chef di restoran ini, dua tahun yang lalu saya memperkenalkan Joko Tan ke kawan baik saya Rob Buscher, seorang Eksekutif Direktur dari festival film Asia-Amerika di Philadelphia, dengan maksud untuk mempopulerkan Panda Cafe sekaligus membantu fund raising atau pengumpulan dana bagi organisasi tersebut.

Tanpa ragu-ragu Joko Tan dan Susi direkrut untuk menyiapkan makanan dan mengikuti lomba beserta chef-chef Asia lainnya dalan acara pengumpulan dana ini.

Bangga sekali pada tahun 2016 Panda Cafe bisa memenangkan makanan vegetarian terbaik di Festival film Asia-Amerika di Philadelphia. Pada tahun 2017 mereka mengikuti kembali acara yang sama dan berhasil mempertahankan titel makanan vegetarian yang terbaik.



Melihat restoran tersebut terbakar hari ini hati saya sungguh sedih karena banyak suka, duka yang kami sudah lalui di situ. Berkumpul dengan teman-teman Voice of America dari Washington DC, juga dengan teman di Philadelphia membahas acara kedatangan untuk desainer Valentino Napitupulu.

Tanpa sengaja hari ini saya lewat restoran Panda Cafe. Sebenarnya saya ingin pergi ke kantor asuransi yang jaraknya cuma dua blok dari Panda Cafe, tapi jalan ditutup di mana-mana. Terpaksalah saya harus mau memarkir mobil di gang kecil berjarak empat blok dari kantor asuransi. Di tengah perjalanan, saya melihat kepulan asap dan mobil-mobil pemadam kebakaran dan waktu saya berpaling, disitulah saya melihat restoran Panda Cafe mengepulkan asap.

Saya belum berani mendekat karena masih banyak sekali polisi dan petugas pemadam kebakaran yang sedang repot-repotnya memadamkan api. Saya lanjutkan perjalanan ke kantor asuransi. Setelah selesai dari kantor asuransi, saya kembali ke restoran tersebut. Saya bertemu dengan Susi yang sedang menangis dan Joko Tan yang sedang termenung. Saya ucapkan rasa belasungkawa dan tidak ada korban. Kami mendoakan agar Chef Susi dan Joko Tan bersabar dan bisa melanjutkan bisnisnya di masa yang tidak lama lagi. Amin…..

- Hani White (Diaspora Indonesia yang tinggal di Philadelphia, Amerika Serikat)

Twitter: @hani_white

Instagram: @haniwhite