SHARE

Ilustrasi | Istimewa

CARAPANDANG - Isu resesi mulai membayangi pergerakan harga emas. Pada penutupan perdagangan Kamis (6/4/2023), emas  ditutup di posisi US$ 2.008,02 per troy ons. Harga sang logam mulia turun 0,61%.

Pelemahan ini memutus tren positif emas yang menguat dalam tiga hari perdagangan sebelumnya. Kendati melemah kemarin, harga emas masih terbang 1,4% dalam sepekan dan melesat 10,7% sebulan.

Emas juga masih bergerak di level psikologis level psikologis US$ 2.000 per troy ons. Sebagai catatan, emas mulai masuk kembali ke level tersebut setelah melonjak 1,81% pada Selasa (4/4/2023).

Analis Sprott, Paul Wong, menjelaskan pergerakan emas dalam sepekan terakhir sangat dipengaruhi oleh kembali kencangnya resesi.

Data-data terbaru menunjukkan perekonomian Amerika Serikat (AS) tengah memburuk. 

Data tenaga kerja yang keluar pada Rabu (5/4/2023)  menunjukkan jika tambahan pekerja baru atau penciptaan lapangan kerja di sektor swasta di AS hanya bertambah 145.000 pada Maret 2023.

Jumlah tersebut turun dari 261.000 pada Februari 2203 serta jauh di bawah ekspektasi pasar yang berkisar 210.000.

Sementara itu, lapangan kerja (JOLTS) pada Februari 2023 menunjukkan lapangan pekerjaan baru yang terbuka hanya 9,93 juta. Ini adalah kali pertama jumlah lapangan kerja baru hanya tercatat 10 juta dalam dua tahun terakhir.

Inflasi AS, indeks harga produsen, dan indeks pengeluaran warga AS juga makin melandai.
Data-data tersebut menunjukkan jika kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) sudah berdampak ke ekonomi AS.

Artinya, ada harapan jika The Fed akan melunak dan mulai menahan suku bunga acuan setelah mengerek suku bunga 475 bps dalam setahun terakhir.

Memburuknya data-data ekonomi AS jelas menjadi kabar baik bagi emas.

Jika The Fed melunak maka dolar AS melemah sehingga daya tarik emas sebagai instrument investasi meningkat.

Jika ekonomi AS memburuk atau menuju resesi, itu juga baik bagi emas. Logam mulia merupakan aset aman yang dicari di tengah ketidakpastian ekonomi.

"Raja Obligasi" Jeffrey Gundlach, mengatakan Amerika Serikat akan mengalami resesi dalam beberapa bulan ke depan, dan The Fed akan memangkas suku bunganya beberapa kali.

"Tekanan bagi perekonomian semakin besar, kita sudah membicarakan hal tersebut beberapa waktu terakhir, dan saya pikir resesi akan datang dalam beberapa bulan ke depan. The Fed akan bertindak dramatis," kata Gundlach dalam wawancaranya denganCNBC International, Senin (27/3/2023).

Namun, emas justru melandai kemarin. Wong menjelaskan pelemahan emas kemarin disebabkan oleh sepinya perdagangan menjelang long weekend serta data terbaru klaim pengangguran.

"Kedua-duanya bagus buat emas. Ini adalah long weekend jadi wajar kalau volume perdagangan akan turun," tutur Wong, dikutip Reuters.

Data terbaru menunjukkan jika klaim pengangguran justru turun. Jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran berkurang 18.000 menjadi 228.000 pada pekan yang berakhir pada 1 April 2023.

Jumlah tersebut sebenarnya di atas ekspektasi pasar yakni berkisar di 200.000.

Salah satu penyebab penurunan adalah adanya revisi data yang disesuaikan.

Ada revisi ke atas jumlah klaim pengangguran sekitar 48.000 pada pekan sebelumnya menjadi 246.000. AS melakukan penyesuaian perhitungan dari 2018.