SHARE

Istimewa

“Potensi lahan perkebunan kelapa sawit untuk pengembangan SISKA KU INTIP di Kalsel ini adalah seluas 250.000 ha dengan potensi daya tampung 125.000 ekor ternak sapi,” ungkap Paman Birin.

Sementara itu, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nasrullah mengatakan, Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA) merupakan suatu program nasional yang mengintegrasikan ternak sapi dengan tanaman perkebunan yaitu kelapa sawit dengan konsep menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak tanpa mengurangi aktifitas dan produktifitas tanaman.

Nasrullah menjelaskan, sistim usaha integrasi sapi sawit ini akan memberikan tambahan keuntungan bagi perusahaan dan juga berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan peternak di sekitar perkebunan karena peternak dapat memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk pakan ternak. Selanjutnya, perusahaan sawit dapat memanfaatkan kotoran ternak untuk pupuk tanaman.

Lebih lanjut Nasrullah menyampaikan, melalui sistim integrasi sapi sawit ini, penggunaan herbisida dan pupuk anorganik dapat dikurangi sekitar 30 persen, sehingga mengurangi biaya produksi dan menjadikan sistem pertanian yang ramah lingkungan (rendah karbon, sehingga mengurangi emisi gas rumah kaca). Selain itu integrasi sapi sawit juga dapat menjadi alternatif sumber pendapatan saat dilakukan replanting atau peremajaan sawit rakyat (PSR).

Nasrullah menyebutkan, pola pengembangan SISKA KU INTIP ini diimplementasikan dengan kombinasi pembiakan dan penggemukan, serta pemanfaatan optimalisasi KUR untuk peningkatan skala usaha.

“Pola pengembangan SISKA KU INTIP itu terbukti efektif dan efisien karena mengoptimalkan sumber daya perkebunan sawit sebagai penyedia pakan yang murah”, ungkap Nasrullah. “Pola pengembangan ini juga mendukung sistim pertanian berkelanjutan karena terbukti berdampak positif secara sosial, ekonomi dan lingkungan (green economy),” pungkasnya.

Halaman :