SHARE

carapandang.com

CARAPANDANG.COM - Arus mudik dari berbagai daerah terutama Jakarta dan sekitarnya ke daerah lain masih mengalir deras pada Sabtu.

Meski masih mengalir deras, sejumlah laporan dilansir ANTARA dari lapangan maupun pemantauan instansi pemerintah menunjukkan bahwa gelombang mudik telah cenderung terkendali.

Artinya, masa-masa paling krusial terkait pergerakan orang dan kendaraan menjelang Idul Fitri1443 Hijriah telah terlampau. Masa itu terjadi sejak beberapa hari lalu dengan puncaknya pada Jumat kemarin dan Sabtu.

Kecenderungan terkendalinya arus mudik dapat dilihat dari antrean dan kepadatan di terminal-terminal Antarkota Antarprovinsi (AKAP) serta stasiun-stasiun di Jakarta. Semua masih padat tetapi cenderung terkendali.

Puncak arus mudik dengan bus AKAP melalui Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur, misalnya, diprediksi terjadi pada Sabtu ini.

"Kita melihat dari tren kemarin di H-3 terjadi kenaikan sehingga di hari ini juga bisa terjadi tren kenaikan," kata Kepala Terminal Kampung Rambutan Yulza Romadhoni saat ditemui di Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Timur.

Jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi, yakni 2019, jumlah pemudik tahun ini masih tergolong rendah.

"Pada tahun 2019 masih normal, mengingat tahun itu adalah tahun sebelum pandemi, dalam satu hari bisa menembus 8.000 (penumpang)," katanya.

Bahkan, pernah mencapai angka 14.000 sehari. "Jadi dibandingkan dengan 2019, masih sangat jauh perbandingannya," kata Yulza.

Pengelola Terminal Kampung Rambutan menggandeng Perusahaan Otobus (PO) untuk mengantisipasi adanya kepadatan penumpang di terminal tersebut akibat keterlambatan kedatangan bus.

Antisipasi keterlambatan tersebut menyusul terjadinya antrean calon penumpang bus khususnya yang akan berangkat ke Sumatra dan wilayah Jawa bagian timur pada H-3 Lebaran, Jumat.

Kebijakan satu arah (one way) di wilayah Jawa Tengah turut berpengaruh terhadap lama kedatangan bus ke Terminal Kampung Rambutan.

Sedangkan bus-bus dari Sumatera juga mengalami keterlambatan tiba di terminal tersebut akibat kepadatan di penyeberang Selat Sunda yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Sumatera.

Halaman :
Tags
SHARE