SHARE

Wihara Dharma Bhakti melakukan sembahyang dengan tetap menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan COVID-19. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.

Perayaan Kaum Tani
Imlek yang bukan hanya dirayakan oleh warga keturunan Tionghoa, namun juga disambut masyarakat sekitar kelenteng atau vihara lokasi perayaan Imlek yang bisa menjadi salah satu potret semangat persatuan.

Semangat persatuan tersebut memang menjadi landasan dari perayaan Imlek sendiri yang menurut sejarawan China telah dimulai sejak ribuan tahun lalu, meski belum dipastikan kapan pastinya perayaan tahun baru Imlek dirayakan pertama kali.

Menurut Novi Wahyudi, penulis Indonesia yang belajar di China sekitar 10 tahun, kendati sulit mematok secara pasti mulai kapan tahun baru Imlek itu dimulai, mayoritas sejarawan China sepakat bahwa apa yang ditulis dalam kitab Shang Shu (dokumentasi sejarah) yang merupakan salah satu dari lima kitab klasika penting dalam ajaran Konghucu, bisa dijadikan patokan.

"Pada hari pertama bulan pertama, Kaisar Shun [yang berkuasa pada sekitar 2184 SM] menyekar ke makam leluhurnya, melakukan blusukan ke daerah-daerah dan berkata: ‘Untuk menyelesaikan permasalahan pangan, harus benar-benar diperhatikan kapan waktu yang tepat untuk bercocok tanam. Ayomilah rakyat pinggiran sebagaimana engkau mengayomi orang-orang di dekatmu. Angkatlah pejabat yang berbudi luhur. Singkirkanlah pejabat yang licik (Yue zheng yuan ri, Shun ge yu fen zu, xun yu si yue ... Yue: ‘Shi zai, wei shi. Rou yuan neng er. Dun de yun yuan. Er nan ren ren)," tulis Novi mengutip Shang Shu.

Novi juga menulis, klasika ajaran Konghucu lainnya, yakni Li Ji (Catatan Kesusilaan) yang juga mencatat kejadian serupa dengan menggambarkan perayaan yang dilakukan di awal musim semi tersebut.

"Pada awal musim semi, kaisar membawa serta menteri-menterinya menyambut kedatangan awal musim semi. Pada bulan itu, di hari pertamanya, kaisar berdoa kepada Tuhan agar negerinya diberi keberlimpahan pangan (Li chun zhi ri, tianzi qin shuai san gong, jiu qin, zhu hou, da fu, yi ying chun ... Shi yue ye, tianzi nai yi yuan ri qi gu yu Shangdi)," tulis Novi mengutip Li Ji.

Berdasarkan rekaman kejadian yang dicatat dari dua kitab Klasika Konghucu tersebut, Novi menyebut bahwa dapat dikatakan perayaan tahun baru Imlek merupakan hari raya kaum tani dengan mengacu pada kondisi China merupakan negara agraris di masa itu.

Bahkan sejumlah catatan yang menyebutkan tahun baru Imlek sudah biasa digelar sejak ribuan warsa sebelum kelahiran Khonghucu ke dunia dia menilai hal tersebut menggambarkan persatuan karena dirayakan berbagai kalangan dan bukan monopoli pengikut ajaran agama tertentu.

"Dengan demikian barangkali bisa dibilang, hari raya Imlek bukanlah monopoli pemeluk agama Khonghucu semata, melainkan seluruh masyarakat China, terlepas apa pun agama yang kini diimani ataupun tidak diimani mereka," tulis Novi dalam kesimpulan tulisannya.

Halaman :
Tags
SHARE