SHARE

Ilham Bintang (Net)

Dilansir dari berbagai sumber, berbagai pernyataan Menag Yaqut yang menuai kontroversi itu dirangkum Tempo.co dalam berita 26 Oktober tahun lalu.  Beberapa  hari setelah dilantik sebagai Menteri Agama, Tempo menulis, Yaqut sudah memantik gaduh ketika mengatakan  kaum Syiah dan Ahmadiyah memiliki kedudukan  sama dengan warga negara lain. Sebagai Menteri Agama, katanya waktu itu, ia siap memfasilitasi dialog untuk menjembatani berbagai macam perbedaan. 

Reaksi berikutnya muncul ketika Menag mengucapkan selamat hari raya   "Naw Ruz" kepada Komunitas Baha'i, Juli 2021. Kontroversi timbul karena Baha'i dianggap sebagai salah satu aliran sesat di Indonesia. Menyusul kemudian usulannya  agar memanjatkan doa semua agama untuk mengawali tiap kali Rakernas di lingkungan Kemenag. 

Saya tak yakin visi Presiden Jokowi dicerminkan dalam sikap  Menag yang selalu memantik kegaduhan. Seluruh rakyat Indonesia tahu Presiden Jokowi paling anti kegaduhan.

Berulangkali Jokowi menandaskan itu. Lalu,  kenapa  bisa beberapa menteri  sering lepas kontrol padahal Kepala Negara punya perangkat pengawasan yang berlapis lapis. 

Masih di "Kumparan", dalam berita yang saya baca tadi subuh, seorang pembaca  media itu ikut mengomentari   analogi Menag. "Anjing ( mengonggong) liat setan disamakan dengan panggilan Allah..woy woy ngono yo ngongo sing ojo ngono ..." tulisnya.  Ya, benar. Memang sepatutnya  pejabat negara merawat sikap tenggang rasa dalam berbangsa.

Halaman :
Tags
SHARE